BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
mempelajari Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat ini dapat dilihat dalam
kehidupan kita sehari-hari.Pada Sistem Tingkat dapat di umpamakan pada
Pendidikan di Sekolah-Sekolah yang memperlihat kan bahwa dalam hal ini di
perlukan persaingan yang kuat untuk memperoleh tingkatan yang lebih tinggi
sehingga dapat juga memotivasi Siswa/i dalam meningkatkan pengetahuan dan
wawasan nya.
Pada
sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah
menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik
tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya
periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan
yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
Sistem tingkat lebih mengarah pada
pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada
peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk
kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi. . Kriteria mengacu kepada
prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama
peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik
yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu
maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.
Namun
berbeda dengan Sistem Tanpa Tingkat ini,dalam hal ini tidak terlihat persaingan
yang kuat dalam memperoleh ilmu pengetahuan karena sistem ini bersifat pribadi
contohnya seperti les private.
Tujuan
makalah ini dibuat untuk mempermudahkan mahasiswa/i dalam mempelajari Mata
Kuliah Manajeman Kesiswaaan dan dalam makalah ini juga di bahas tentang
perbedaan antara Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM TINGKAT DAN
SISTEM TANPA TINGKAT
Sistem
tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu
bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu
tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .
Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu
mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja,
jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik
dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia
dinaikkan.
Pada
sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah
menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik
tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya
periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan
yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
1.
Beberapa Pertimbangan Kenaikan
Tingkat
Semua
peserta didik memang mempunyai hak yang sama untuk naik tingkat ke tingkat
tertentu. Tetapi ada persyaratan-persyaratan tertentu yang harus
dipertimbang-kan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi:
a.
Prestasi
yang bersangkutan. Apakah prestasi yang dicapai pada tingkat sebelumnya,
memungkinkan kepada yang bersangkutan untuk dapat belajar dengan baik pada
tingkat atasnya. Jika peserta didik berada di atas rata-rata kelas, maka ia
layak dinaikkan. Sebaliknya kalau berada di bawah rata-rata kelas, tidak dapat
dinaikkan kecuali ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membolehkan.
b.
Waktu
kenaikan tingkat. Meskipun mungkin peserta didik mempunyai kemampuan untuk
dinaikkan, jika masa kenaikan tingkat belum datang, yang bersangkutan tidak
mungkin dinaikkan sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi dari adanya sistem
tingkat tersebut, dengan ciri utamanya mengadakan pengajaran yang bersifat
klasikal.
c.
Persyaratan
administratif sekolah seperti kecukupan hadir peserta didik dalam pelajaran
yang dilaksanakan sekolah.Meskipun peserta didik mempunyai nilai yang bagus di
atas rata-rata kelas, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik
tingkat, tetapi jika banyak absensinya dan tidak memenuhi syarat berdasarkan
kebijaksanaan sekolah, maka yang bersangkutan juga perlu dipertimbangkan
kenaikannya.
2.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Tingkat
Kelebihan-kelebihan
sistem tingkat adalah sebagai berikut:
a.
Dapat
dijadikan sebagai alat untuk merekayasa belajar peserta didik. Sebab, imbalan
belajar yang berupa kenaikkan tingkat ini bisa memacu peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
b.
Efisien,
karena sistem tingkat menggunakan sistem pembelajaran klasikal.
c.
Rasa
sosial peserta didik tetap tinggi, karena mereka sama-sama mendapatkan materi
pembelajaran yang sama di tingkatnya.
d.
Pengadministrasiannya
mudah, karena mereka berada dalam satu tingkat, mengambil program pendidikan
yang sama.
Adapun
kekurangan sistem tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik yang tidak naik tingkat akan menghadapi persoalan-persoalan akademik dan
psikologis.
b.
Peserta
didik yang pandai tidak sabar menunggu peserta didik lain yang ke-mampuannya
lebih rendah. Sementara peserta didik yang kemampuannya sangat rendah merasa
dipaksakan untuk mengikuti peserta didik yang kemampuannya lebih tinggi.
c.
Kurang
adanya kompetisi di antara peserta didik, sehingga tidak begitu baik dalam
rangka menimbulkan semangat kompetisi di antara peserta didik.
d.
Hanya
menguntungkan perkembangan peserta didik yang menengah, karena merekalah yang
menjadi ukuran pelaksanaan proses belajar mengajar.
3.
Sebab-Sebab Peserta Didik Tidak
Naik Tingkat/Mengulang Kelas
Mengulang kelas adalah
suatu keadaan dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi karena
memiliki prestasi atau nilai dibawah standart rata-rata kelas yang telah
ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Jadi siswa harus tetap tinggal pada
tingkat atau kelas sebelumnya, mengulang seluruh mata pelajaran yang telah
diterima, sehingga dapat memperbaiki pemahamannya tentang pelajaran yang kurang
dimengerti, dan secara otomatis dapat memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik
tersebut.
Mengulang kelas
memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positifnya adalah: siswa diberi
kesempatan untuk dapat lebih memahami pelajaran-pelajaran yang telah diberikan
yang kurang dimengerti, membantu siswa untuk dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam belajar, membantu mempersiapkan siswa agar menjadi
lebih baik dikemudian hari.
Sedangkan sisi
negatifnya adalah: siswa yang tidak naik tingkat akan mengalami masalah
psikologis, seperti: tidak percaya diri, rendah diri, putus asa, frustasi, shock, bahkan mengalami stress. Disini peran orang tua, guru,
kepala sekolah, dan BP (Bimbingan dan Penyuluhan) sangat dibutuhkan untuk
membantu siswa memperbaiki diri, memotivasi siswa untuk dapat lebih baik di
kemudian hari.
4.
Remidi Bagi Peserta Didik yang
Tidak Naik Tingkat
Peserta
didik yang tidak naik tingkat, tidak saja perlu mendapatkan remidi atau
penanganan secara akademik melainkan juga sekaligus penanganan secara
psikologis. Sebab, bagaimanapun juga, peserta didik yang tidak naik tingkat
lazimnya dihadapkan kepada masalah-masalah psikologis seperti: rendah diri,
minder, kurang percaya diri, putus asa, frustasi, dan sebagainya. Efek-efek
psikologis demikian, sedikit maupun banyak, akan berpengaruh negatif terhadap
belajar peserta didik di masa depan.
Adapun
remidi secara akademik yang dapat dibantukan secara khusus kepada peserta didik
yang tidak naik tingkat ini adalah:
a.
Membantu
kepada peserta didik yang bersangkutan untuk mengenali penyebab-penyebab tidak
naik tingkat, dan selanjutnya membantu mencarikan jalan keluarnya.
b.
Membantu
kepada peserta didik yang demikian ini untuk merencanakan kegiatannya, termasuk
di dalamnya adalah kegiatan belajarnya.
c.
Memberikan
latihan-latihan yang dapat membantu kepada yang bersangkutan memahami mata
pelajaran yang ia rasakan sulit.
Sedangkan
remidi secara psikologis yang dapat diberikan kepada peserta didik yang tidak
naik tingkat adalah:
a.
Menyadarkan
kepada yang bersangkutan bahwa sebenarnya ia naik tingkat, hanya saja waktunya
yang tidak sama dengan peserta didik lainnya.
b.
Menyadarkan
kepada yang bersangkutan bahwa jika dalam kondisi demikian ia dinaikkan,
dikhawatirkan justru menyulitkan dirinya ketika sudah berada di tingkat
berikutnya.
c.
Memberikan
terapi psikologis jika terbukti bahwa yang bersangkutan mendapatkan
gangguan-gangguan psikologis.
5.
Sistem Tanpa Tingkat
Sistem
tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Ia muncul didasari oleh
rasa ketidak puasan dengan adanya sistem tingkat. Sistem ini dikembangkan
didasari oleh pandangan psikologis, bahwa meskipun peserta didik berada dalam
kondisi sama, tetapi dalam realitasnya tidak ada yang persis sama. Selalu ada
perbedaan di antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Oleh
karena itu, sistem tanpa tingkat ini umumnya menggunakan pembelajaran yang
lebih individual.
Pada
sistem tanpa tingkat ini, sekelompok peserta didik yang memprogram mata
pelajaran sama, dikelompokkan ke dalam satu tempat yang sama dan diajar oleh
guru yang sama, meskipun mungkin peserta didik tersebut berasal dari angkatan
tahun yang berbeda. Bahkan dalam kondisinya yang ekstrim, peserta didik
dipersilakan mengambil paket program yang tersedia sesuai dengan kemampuan dan
kesempatan mereka masing-masing tanpa terpengaruh oleh teman-temannya. Dengan
demikian, ada peserta didik yang dapat menyelesaikan program sangat cepat,
lambat, dan bahkan ada yang sangat lambat.
Jika
peserta didik telah dapat menyelesaikan program yang telah ditawarkan, maka
yang bersangkutan dianggap lulus dari program tersebut. Sebaliknya jika yang
bersangkutan belum dapat menyelesaikan program, maka belum dapat lulus.
Keberhasilan penyelesaian program tidak dilihat secara menyeluruh, melainkan
dilihat per mata pelajaran. Berarti, jika suatu mata pelajaran yang belum
berhasil dikuasai, ia harus mengulang pada satu mata pelajaran itu, dan tidak
mengulang banyak mata pelajaran sebagaimana dalam sistem tingkat.
6.Kelebihan dan
Kekurangan Sistem Tanpa Tingkat
Sebagaimana
sistem tingkat, sistem tanpa tingkat ini juga punya kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama perkembangan-nya
sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik lainnya.
b.
Peserta
didik dapat mengambil paket program sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal
demikian sangat sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik.
c.
Peserta
didik yang pandai akan lebih cepat menyelesaikan program sehingga lebih cepat
pula melanjutkan studi. Sebaliknya peserta didik yang tergolong lambat, tidak
merasa dipaksa-paksa mengikuti peserta didik yang cepat.
d.
Melatih
kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik sudah dilatih
menentukan keputusan sendiri di dalam mengambil paket-paket program.
Adapun
kekurangan-kekurangan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik sejak dini banyak memacu prestasi secara individual. Hal demikian
menjadikan penyebab rasa sosialnya kurang. Sistem demikian secara umum
berbenturan dengan sosio-budaya negara berkembang yang masyarakatnya banyak
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.
b.
Oleh
karena peserta didik diharuskan mengambil keputusan secara mandiri mengenai
paket program yang akan diambil, maka ia perlu tenaga staf tambahan yang berupa
penasihat akademik. Penasihat akademik inilah yang harus mendam-pingi dan turut
membantu peserta didik agar yang bersangkutan dapat mengambil program–program
pendidikan secara benar. Sebab dalam realitasnya, ada mata pelajaran-mata
pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum mengambil mata pelajaran
lainnya atau berikutnya.
c.
Sangat
sulit pengadministrasiannya, karena segalanya bergantung peserta didik yang
mengambil paket program. Bisa terjadi, suatu paket program yang ditawarkan
tidak ada peserta didik yang memprogram, dan bisa jadi sebaliknya terlalu
banyak. Ini juga bisa menyulitkan dalam pengaturan prasarana, sarana, waktu dan
tenaga.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan
kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk
kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .Pada setiap sekolah
terdapat beberapa tingkatan ,seperti SD terdapat enam tingkatan ,SMP tiga
tingkatan ,dan SMA tiga tingkatan. Sistem tingkat ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan
bisa mengetahui pelajaran berikutnya yang diberikan oleh pihak sekolah.
Sistem
tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Pada sistem tanpa tingkat
ini siswa/i tidak melakukan tingkatan seperti yang terdapat pada
sekolah-sekolah .Siswa/i tersebut hanya mencari pelajaran yang lebih karena
tidak merasa puas dengan pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah ,dan juga
lebih bersifat individual.
DAFTAR
PUSTAKA
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat:
Ciputat Press,2005
Sukardi.M,Evaluasi Pendidikan Prinsip&
Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina
Aksara, 1989
Rosnita, Evaluasi Pendidikan, Bandung:
Citapustaka Media, 2007
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
mempelajari Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat ini dapat dilihat dalam
kehidupan kita sehari-hari.Pada Sistem Tingkat dapat di umpamakan pada
Pendidikan di Sekolah-Sekolah yang memperlihat kan bahwa dalam hal ini di
perlukan persaingan yang kuat untuk memperoleh tingkatan yang lebih tinggi
sehingga dapat juga memotivasi Siswa/i dalam meningkatkan pengetahuan dan
wawasan nya.
Pada
sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah
menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik
tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya
periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan
yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
Sistem tingkat lebih mengarah pada
pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada
peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk
kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi. . Kriteria mengacu kepada
prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama
peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik
yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu
maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.
Namun
berbeda dengan Sistem Tanpa Tingkat ini,dalam hal ini tidak terlihat persaingan
yang kuat dalam memperoleh ilmu pengetahuan karena sistem ini bersifat pribadi
contohnya seperti les private.
Tujuan
makalah ini dibuat untuk mempermudahkan mahasiswa/i dalam mempelajari Mata
Kuliah Manajeman Kesiswaaan dan dalam makalah ini juga di bahas tentang
perbedaan antara Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM TINGKAT DAN
SISTEM TANPA TINGKAT
Sistem
tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu
bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu
tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .
Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu
mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja,
jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik
dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia
dinaikkan.
Pada
sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah
menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik
tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya
periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan
yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
1.
Beberapa Pertimbangan Kenaikan
Tingkat
Semua
peserta didik memang mempunyai hak yang sama untuk naik tingkat ke tingkat
tertentu. Tetapi ada persyaratan-persyaratan tertentu yang harus
dipertimbang-kan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi:
a.
Prestasi
yang bersangkutan. Apakah prestasi yang dicapai pada tingkat sebelumnya,
memungkinkan kepada yang bersangkutan untuk dapat belajar dengan baik pada
tingkat atasnya. Jika peserta didik berada di atas rata-rata kelas, maka ia
layak dinaikkan. Sebaliknya kalau berada di bawah rata-rata kelas, tidak dapat
dinaikkan kecuali ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membolehkan.
b.
Waktu
kenaikan tingkat. Meskipun mungkin peserta didik mempunyai kemampuan untuk
dinaikkan, jika masa kenaikan tingkat belum datang, yang bersangkutan tidak
mungkin dinaikkan sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi dari adanya sistem
tingkat tersebut, dengan ciri utamanya mengadakan pengajaran yang bersifat
klasikal.
c.
Persyaratan
administratif sekolah seperti kecukupan hadir peserta didik dalam pelajaran
yang dilaksanakan sekolah.Meskipun peserta didik mempunyai nilai yang bagus di
atas rata-rata kelas, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik
tingkat, tetapi jika banyak absensinya dan tidak memenuhi syarat berdasarkan
kebijaksanaan sekolah, maka yang bersangkutan juga perlu dipertimbangkan
kenaikannya.
2.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Tingkat
Kelebihan-kelebihan
sistem tingkat adalah sebagai berikut:
a.
Dapat
dijadikan sebagai alat untuk merekayasa belajar peserta didik. Sebab, imbalan
belajar yang berupa kenaikkan tingkat ini bisa memacu peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
b.
Efisien,
karena sistem tingkat menggunakan sistem pembelajaran klasikal.
c.
Rasa
sosial peserta didik tetap tinggi, karena mereka sama-sama mendapatkan materi
pembelajaran yang sama di tingkatnya.
d.
Pengadministrasiannya
mudah, karena mereka berada dalam satu tingkat, mengambil program pendidikan
yang sama.
Adapun
kekurangan sistem tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik yang tidak naik tingkat akan menghadapi persoalan-persoalan akademik dan
psikologis.
b.
Peserta
didik yang pandai tidak sabar menunggu peserta didik lain yang ke-mampuannya
lebih rendah. Sementara peserta didik yang kemampuannya sangat rendah merasa
dipaksakan untuk mengikuti peserta didik yang kemampuannya lebih tinggi.
c.
Kurang
adanya kompetisi di antara peserta didik, sehingga tidak begitu baik dalam
rangka menimbulkan semangat kompetisi di antara peserta didik.
d.
Hanya
menguntungkan perkembangan peserta didik yang menengah, karena merekalah yang
menjadi ukuran pelaksanaan proses belajar mengajar.
3.
Sebab-Sebab Peserta Didik Tidak
Naik Tingkat/Mengulang Kelas
Mengulang kelas adalah
suatu keadaan dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi karena
memiliki prestasi atau nilai dibawah standart rata-rata kelas yang telah
ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Jadi siswa harus tetap tinggal pada
tingkat atau kelas sebelumnya, mengulang seluruh mata pelajaran yang telah
diterima, sehingga dapat memperbaiki pemahamannya tentang pelajaran yang kurang
dimengerti, dan secara otomatis dapat memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik
tersebut.
Mengulang kelas
memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positifnya adalah: siswa diberi
kesempatan untuk dapat lebih memahami pelajaran-pelajaran yang telah diberikan
yang kurang dimengerti, membantu siswa untuk dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam belajar, membantu mempersiapkan siswa agar menjadi
lebih baik dikemudian hari.
Sedangkan sisi
negatifnya adalah: siswa yang tidak naik tingkat akan mengalami masalah
psikologis, seperti: tidak percaya diri, rendah diri, putus asa, frustasi, shock, bahkan mengalami stress. Disini peran orang tua, guru,
kepala sekolah, dan BP (Bimbingan dan Penyuluhan) sangat dibutuhkan untuk
membantu siswa memperbaiki diri, memotivasi siswa untuk dapat lebih baik di
kemudian hari.
4.
Remidi Bagi Peserta Didik yang
Tidak Naik Tingkat
Peserta
didik yang tidak naik tingkat, tidak saja perlu mendapatkan remidi atau
penanganan secara akademik melainkan juga sekaligus penanganan secara
psikologis. Sebab, bagaimanapun juga, peserta didik yang tidak naik tingkat
lazimnya dihadapkan kepada masalah-masalah psikologis seperti: rendah diri,
minder, kurang percaya diri, putus asa, frustasi, dan sebagainya. Efek-efek
psikologis demikian, sedikit maupun banyak, akan berpengaruh negatif terhadap
belajar peserta didik di masa depan.
Adapun
remidi secara akademik yang dapat dibantukan secara khusus kepada peserta didik
yang tidak naik tingkat ini adalah:
a.
Membantu
kepada peserta didik yang bersangkutan untuk mengenali penyebab-penyebab tidak
naik tingkat, dan selanjutnya membantu mencarikan jalan keluarnya.
b.
Membantu
kepada peserta didik yang demikian ini untuk merencanakan kegiatannya, termasuk
di dalamnya adalah kegiatan belajarnya.
c.
Memberikan
latihan-latihan yang dapat membantu kepada yang bersangkutan memahami mata
pelajaran yang ia rasakan sulit.
Sedangkan
remidi secara psikologis yang dapat diberikan kepada peserta didik yang tidak
naik tingkat adalah:
a.
Menyadarkan
kepada yang bersangkutan bahwa sebenarnya ia naik tingkat, hanya saja waktunya
yang tidak sama dengan peserta didik lainnya.
b.
Menyadarkan
kepada yang bersangkutan bahwa jika dalam kondisi demikian ia dinaikkan,
dikhawatirkan justru menyulitkan dirinya ketika sudah berada di tingkat
berikutnya.
c.
Memberikan
terapi psikologis jika terbukti bahwa yang bersangkutan mendapatkan
gangguan-gangguan psikologis.
5.
Sistem Tanpa Tingkat
Sistem
tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Ia muncul didasari oleh
rasa ketidak puasan dengan adanya sistem tingkat. Sistem ini dikembangkan
didasari oleh pandangan psikologis, bahwa meskipun peserta didik berada dalam
kondisi sama, tetapi dalam realitasnya tidak ada yang persis sama. Selalu ada
perbedaan di antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Oleh
karena itu, sistem tanpa tingkat ini umumnya menggunakan pembelajaran yang
lebih individual.
Pada
sistem tanpa tingkat ini, sekelompok peserta didik yang memprogram mata
pelajaran sama, dikelompokkan ke dalam satu tempat yang sama dan diajar oleh
guru yang sama, meskipun mungkin peserta didik tersebut berasal dari angkatan
tahun yang berbeda. Bahkan dalam kondisinya yang ekstrim, peserta didik
dipersilakan mengambil paket program yang tersedia sesuai dengan kemampuan dan
kesempatan mereka masing-masing tanpa terpengaruh oleh teman-temannya. Dengan
demikian, ada peserta didik yang dapat menyelesaikan program sangat cepat,
lambat, dan bahkan ada yang sangat lambat.
Jika
peserta didik telah dapat menyelesaikan program yang telah ditawarkan, maka
yang bersangkutan dianggap lulus dari program tersebut. Sebaliknya jika yang
bersangkutan belum dapat menyelesaikan program, maka belum dapat lulus.
Keberhasilan penyelesaian program tidak dilihat secara menyeluruh, melainkan
dilihat per mata pelajaran. Berarti, jika suatu mata pelajaran yang belum
berhasil dikuasai, ia harus mengulang pada satu mata pelajaran itu, dan tidak
mengulang banyak mata pelajaran sebagaimana dalam sistem tingkat.
6.Kelebihan dan
Kekurangan Sistem Tanpa Tingkat
Sebagaimana
sistem tingkat, sistem tanpa tingkat ini juga punya kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama perkembangan-nya
sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik lainnya.
b.
Peserta
didik dapat mengambil paket program sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal
demikian sangat sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik.
c.
Peserta
didik yang pandai akan lebih cepat menyelesaikan program sehingga lebih cepat
pula melanjutkan studi. Sebaliknya peserta didik yang tergolong lambat, tidak
merasa dipaksa-paksa mengikuti peserta didik yang cepat.
d.
Melatih
kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik sudah dilatih
menentukan keputusan sendiri di dalam mengambil paket-paket program.
Adapun
kekurangan-kekurangan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik sejak dini banyak memacu prestasi secara individual. Hal demikian
menjadikan penyebab rasa sosialnya kurang. Sistem demikian secara umum
berbenturan dengan sosio-budaya negara berkembang yang masyarakatnya banyak
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.
b.
Oleh
karena peserta didik diharuskan mengambil keputusan secara mandiri mengenai
paket program yang akan diambil, maka ia perlu tenaga staf tambahan yang berupa
penasihat akademik. Penasihat akademik inilah yang harus mendam-pingi dan turut
membantu peserta didik agar yang bersangkutan dapat mengambil program–program
pendidikan secara benar. Sebab dalam realitasnya, ada mata pelajaran-mata
pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum mengambil mata pelajaran
lainnya atau berikutnya.
c.
Sangat
sulit pengadministrasiannya, karena segalanya bergantung peserta didik yang
mengambil paket program. Bisa terjadi, suatu paket program yang ditawarkan
tidak ada peserta didik yang memprogram, dan bisa jadi sebaliknya terlalu
banyak. Ini juga bisa menyulitkan dalam pengaturan prasarana, sarana, waktu dan
tenaga.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan
kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk
kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .Pada setiap sekolah
terdapat beberapa tingkatan ,seperti SD terdapat enam tingkatan ,SMP tiga
tingkatan ,dan SMA tiga tingkatan. Sistem tingkat ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan
bisa mengetahui pelajaran berikutnya yang diberikan oleh pihak sekolah.
Sistem
tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Pada sistem tanpa tingkat
ini siswa/i tidak melakukan tingkatan seperti yang terdapat pada
sekolah-sekolah .Siswa/i tersebut hanya mencari pelajaran yang lebih karena
tidak merasa puas dengan pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah ,dan juga
lebih bersifat individual.
DAFTAR
PUSTAKA
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat:
Ciputat Press,2005
Sukardi.M,Evaluasi Pendidikan Prinsip&
Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina
Aksara, 1989
Rosnita, Evaluasi Pendidikan, Bandung:
Citapustaka Media, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar