Jumat, 04 Oktober 2013


Pengertian manajemen, kurikulum manajemen kurikulum dan konsep manajemen kurikulum
1.      Pengertian Manajemen
ª  Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode,  material, mesin dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses. [ Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung : PT Refika Aditama ]
ª  Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
ª  Stoner, seperti yang dikutip Fachruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.
ª  Gordon (1976) dalam Bafadal (2004:39), menyatakan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.
ª  Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.
ª  Harold Koontz & O’Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain.
ª  Ensiclopedia of The Social Sciences, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.

*definisi sendiri :
Menurut saya, manajemen adalah proses dimana adanya suatu kegiatan untuk mencapai atau mewujudkan tujuan tertentu yang telah ditetapkan secara bersama didalam organisasi.
2.      Pengertian Kurikulum
R  Kamus Webster’s New International Dictionary (1953) memberikan arti kurikulum sebagai berikut : “… a specified fixed course of study, as in school or college, as one leading to a degree.” Pengertian ini memandang bahwa kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat pendidikan.
R  Menurut Oemar Hamalik, Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.
R  Menurut Supandi, Kurikulum adalah sebagai suatu perangkat pelbagai mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, batasan ini nampak jelas pada kurikulum 1968 Dikdasmen.
R  Romine, “Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences which pupils have under the direction of the school, wether in the classroom or not.” Kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas saja, melainkan mancakup juga kegiatan di luar kelas. Karena itu menurut pandangan modern kegiatan intra kulikuler dan ekstra kulikuler tidak ada pemisahan yang tegas, semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan bagi siswa adalah kurikulum.
R  Alice Miel, “Curriculum in composed of the experiences children undergo, it fallows as a corolary that the curriculum is the result of interaction of a complexity of factors, including the physical environment and the desires, beliefs, knowledge attitudes, and skill of the person served by and serving the school, namely, the learners, community adults, and educators (not forgetting the custodians, clerks, secretaries and other non teaching amployees of the school).
[ Wiryokusumo, Iskandar. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bina Aksara ]
R  Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.
[ Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA ]
R  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) Kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school).
[ Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada ]
R  Nengky and Evars (1967), Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan dan dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
R  Inlow (1966), Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.
R  Saylor (1958), Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk memengaruhi proses belajar mengajar baik langsung dikelas, tempat bermain, atau diluar sekolah.
R  William B. Ragan, Kurikulum ialah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
R  Robert S. Flaming, pendapat Flaming sama dengan Ragan, yaitu kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
R  David Praff, Kurikulum ialah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan.
R  Kelly, “All the lerning which is planned and guided by the school, whether it is carried on in groups or individually, inside, or outside the school.” Yakni bahwa kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk merancang dan mempengaruhi siswa agar dapat belajar secara kelompok atau mandiri, baik dilakukan dalam ruangan kelas maupun diluar sekolah.
R  Blenkin, “Curriculum is a body of knowledge-content and/or subjects. Education in this sense, is the process by which these are transmitted or ‘delivered’ to students by the most effective methods that can be devised.” Yaitu bahwa kurikulum adalah suatu badan pengetahuan – materi dan/atau subjek pengetahuan itu sendiri. Pendidik dalam pengertian ini adalah proses dimana pengetahuan tersebut ditularkan atau ‘disampaikan’ kepada siswa dengan metode yang paling efektif yang dapat dibuat atau dirancang.

*definisi sendiri :
Menurut saya Kurikulum adalah susunan satu rangkaian kegiatan yang didalamnya mengandung rencana belajar siswa, sebagai pengalaman belajar siswa yang diperoleh dari sekolah saat didalam kelas maupun diluar sekolah.
           
3.      Pengertian Manajemen Kurikulum
³ Manajemen Kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
[ Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada ]
³ Menurut Ibrahim Bafadhal, Manajemen Kurikulum pada tingkat kanak-kanak merupakan pengaturan semua kegiatan belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang pelaksanaannya sudah terorganisasi, dan terstruktur. Hal ini bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
³ Manajemen Kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik beratkan pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
³ Manajemen Kurikulum adalah proses kerjasama dalam pengolahan kurikulum agar berguna bagi lembaga untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
³ Manajemen Kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang berorientasi pada produktivitas dimana kurikulum tersebut beriorientasi pada peserta didik, kurikulum dibuat sebagaimana dapat membuat peserta didik dapat mencapai tujuan hasil belajar.
³ Manajemen Kurikulum adalah pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya.
³ Manajemen Kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

*definisi sendiri :
Menurut saya, Manajemen Kurikulum adalah suatu proses usaha bersama (kerja sama) dalam suatu organisasi melalui proses yang sistematis dan terkoordinasi yang mengatur dan memperlancar pencapaian tujuan pengajaran di sekolah secara efektif dan efisien.

4.      Konsep Manajemen Kurikulum
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. Berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari dibukanya pintu sekolah sampai dengan lonceng pulang. Demikian juga dengan siswa yang mulai masuk sekolah, mereka melakukan kegiatan belajar berdasarkan kurikulum yang berlaku dan selalu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Kurikulum yang dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa perkembangan siswa, tuntutan dan kemajuan masyarakat.
Pemahaman tentang konsep dasar manajemen kurikulum merupakan hal yang penting bagi para kepala sekolah yang kemudian merupakan modal untuk membuat keputusan dalam implementasi kurikulum yang akan dilakukan oleh guru. Manajemen Kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Sucipto dan Raflis (1994;142) mengemukakan, kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah. Dengan pengertian luas ini berarti segala usaha sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum.
Perkembangan kurikulum di Republik Indonesia sampai saat ini telah melahirkan Undang-Undang nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Badan Standar Pendidikan Nasional, disusul dengan Permendiknas 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, kemudian disusul dengan Permendiknas 23 tentang Standar Kompetensi Kelulusan dan Undang-Undang nomor 24 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23.
Pembakuan Undang-Undang dan Permendiknas itu menjadi kekuatan hukum bagi penyelenggara pendidikan untuk menata kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sehingga dengan demikian undang-undang dan peraturan menteri pendidikan nasional itu perlu dibaca dan dipahami. Untuk memahami kurikulum pendidikan, perlu diketahui fungsi dasar pendidikan untuk menambah wawasan berpikir yang dikemukakan Sutisna sebagai berikut : Wawasan kepala sekolah dan guru dalam mendidik dan mengajar siswa akan lebih matang bila kepala sekolah dan guru memiliki berbagai pengetahuan yang mendalam. Memiliki pengetahuan tentang fungsi pendidikan secara mendalam dan memahaminya dengan baik akan memberikan nuansa yang berbeda dengan tanpa pengetahuan tersebut. Tanpa mengindahkan tekanan yang berubah-ubah yang diberikan kepada fungsi pendidikan, tujuan pendidikan, berasal dari empat fungsi dasar pendidikan, yaitu :
1.      Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi etis, estetis, emosional, fisis.
2.      Pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan yang berkenaan dengan kecerdasan yang terlatih.
3.      Pemindahan warisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa.
4.      Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, dan lapangan kerja.

Kesimpulan
Manajemen Kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk mewujudkan pencapaian tujuan pengajaran juga meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Manajemen kurikulum di sekolah ataupun didunia pendidikan sangat diperlukan guna untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 




MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN
  1. 1.      Latar Belakang
Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan dalam pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar dapat memenuhi tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya tersebut diperlukan adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang merupakan satuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan manajemen pembelajaran ialah suatu sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan ajar, kurikulum, sarana prasarana, serta strategi pembelajaran. Dengan demikian manajemen kurikulum dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain dalam suatu pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang keberhasilan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum. Pengelolaan kurikulum pada tingkat lembaga atau sekolah perlu di koordinasi oleh pihak pimpinan (manajer) dan pembantu pimpinan (manajer) yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini  ditulis untuk membantu mempersiapkan manajemen sekolah bermutu terutama berkenaan dengan manajemen kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan di sekolah, baik itu dilakukan oleh para guru, komite sekolah, kepala sekolah, dan pihak pihak yang terkait dengan mengembangkan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
  1. 2.      Tujuan Pembahasan
Standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.  
Dengan dikuasainya kompetensi diharapkan  mampu:
  • Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
  • Mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
  • Melakukan suatu tindakan apabila terjadi hal yang berbeda dengan rencana semula
  • Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda
Standar kompetensi yang diharapkan antara lain : Pertama, institusi pendidikan dan pelatihan guna memberikan informasi dalam rangka pengembangan program dan kurikulum; sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi. Kedua, dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja, yakni membantu dalam rekrutmen, penilaian unjuk kerja, membuat uraian jabatan, dan mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha atau industri. Ketiga, institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi, yakni sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.
PEMBAHASAN
  1. 1.      Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis organisasi kurikulum yaitu:
  • Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan pelajaran disajikan secara terpisah – pisah seolah – olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang studi yang sama di kelas yang berbeda.
  • Kurikulum Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang menunjukan adanya hubungan antara mata pelajarah yang satu dengan yan lain. Seperti IPS (gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia).
  • Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas – batas antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik.
Sedangkan manajemen pembelajaran adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai visi dan misi pengajaran. Kedua, manfaat manajemen pengajaran adalah sebagai aktivitas profesional dalam menggunakan dan memelihara kurikulum (satuan program pengajaran) yang dilaksanakan, Ketiga, secara organisasional pembelajaran atau kegiatan aktivitas pengajaran guru dituntut memiliki kesiapan mengajar dan murid disiapkan untuk belajar, Keempat, dalam menjalankan fungsi manajemen pembelajaran guru harus memanfaatkan sumber daya pengajaran (learning resources) yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar-mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu kepada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.
  1. 2.      Tujuan
Komponen tujuan berhubunagn dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang dicita-citakan masyarakat. Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
  1. Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar.
  2. Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin.
  3. Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.
  4. Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu.

  1. 3.      Prinsip – Prinsip
    1. Produktivitas
      Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
    2. Demokratisasi
      Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
    3. Kooperatif
      Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
    4. Efektifititas dan efisiensi
      Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
    5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
      Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.
a.  Menetapkan Visi
Rumusan visi merupakan penjabaran visi institusi (universitas) ke fakultas, jurusan/bagian/program studi. Perumusan visi didasarkan atas pertimbangan societal needs, professional needs, dan academic needs
b. Menuliskan Misi
Mendeskripsikan tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa
c.  Profil lulusan


Deskripsi singkat tentang peran yang dapat dilakukan seorang lulusan, dan bukan gambaran singkat tentang data lulusan
d. Analisis tugas
Menjabarkan nomor c dengan membuat indikatornya (dokter, pendidik, hukum, ekonom, dan sebagainya)
e. Perumusan kompetensi
Lulusan seperti apa yang akan dibentuk melalui program pendidikan ini
f.Kajian elemen kompetensi
- Bahan kajian tentang disiplin ilmu secara komprehensip dan sistemik untuk membentuk sebuah kompetensi.
- Untuk membentuk sebuah kompetensi diperlukan beberapa bahan kajian.
- Bahan kajian nantinya akan diturunkan menjadi mata kuliah
g.Menetapkan elemen kompetensi
Elemen kompetensi meliputi: landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap perilaku dalam berkarya, dan pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.
h. Identifikasi nama mata kuliah
Penamaan mata kuliah berdasarkan rumpun topik kajian dari kolom ( f )
i. Identifikasi pengalaman belajar

Perekayasaan kegiatan belajar agar mahasiswa dapat melakukan sendiri sehingga kompetensi dapat tercapai/terbentuk
j. Sumber-sumber belajar

Menunjukkan berbagai sumber belajar yang dapat diakses guna mendukung baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran (paper, person maupun place)
k. Penentuan bobot SKS
Disesuaikan dengan urgensi dan status materi
l. Alokasi waktu

Ditetapkan berdasarkan pengalaman belajar, luas bahan, tingkat kesulitan, dsb.

            Ruang Lingkup
Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit, dan luas. Pengertian kurikulum dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran. Kemudian pengertian kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Kurikulum dalam pengertian ini terbatas pada pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk kepentingan mereka melanjutkan pekerjaan maupun terjun ke dunia kerja. Dengan melihat pada kurikulum sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat dilihat apakah lulusannya mempunyai keahlian dalam level apa. Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan-tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi:
  1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang diaksanakan oleh sekolah.
  1. Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran. Dalam tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.
  2. Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan kepada sekolah dalam bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP). Perencanaan yang harus dilakukan disekolah
  3.  Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya melalui tiga tahap yaitu :
  1. Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru sebelum melakukan proses pembelajaran.
  2. Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleg guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di sampaikan. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan evaluasi.
  3. Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian materi.
  4. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.


Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Sedangkan dalam arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis organisasi kurikulum yaitu : Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum), kurikulum berhubungan (Correlated Curriculum), dan kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) .
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.

Sabtu, 08 Juni 2013

SYAIR-SYAIR KEHIDUPAN

Dahulu jiwa tercipta tidak ada yang percaya
Bahwa jiwa akan berbuat aniaya terhadap sesama
Atas kasih sayang jiwa menjadi mulia
Semesta sujud berikan penghormatan

Jiwa turun kedunia karena wanita
Karena wanita jiwa mengerti arti bahagia
Wanita dicipta untuk jiwa agar memahami arti cinta
Dgn cinta jiwa mengerti bahwa jiwa adalah seorang hamba

Cinta bukan memiliki akan tetapi hanya ingin dimiliki
Biarlah cinta yang membawa jiwa kepada pemiliknya
Hanya Tulus dan Ikhlas yang membuat cinta itu bermakna
Karena Cinta telah cukup untuk cinta


Yang Maha Esa Mencipta alam semesta
Yang Maha Esa Mencipta manusia bukan dengan sia-sia
Tetapi hanya ingin menunjukkan apa itu bahagia
Agar manusia mengerti bahwa ia adalah seorang hamba yang memiliki Raja

Manusia turun kebumi untuk diuji
Untuk menjadi manusia sejati
Muliakan hati untuk mendapatkan derajat tertinggi
Menjadi kekasih yang dikasihi dan diberkati

Apakah Dunia tak seindah rupanya
Menipu dan memperdaya selama hidupnya?
Dunia ini telah menenggelamkan manusia, begitu kejamkah dunia ?
Sesungguhnya dunia dicipta untuk melayani dan dilayani, akan tetapi manusia sendiri yang tak tau diri,Egois bahwa manusia paling sempurna.

Bencana alam terjadi bukan karena usia dunia yang sudah tua
Tetapi manusia yang berbuat semena - mena terhadapnya
hanya ingin dilayani tetapi tidak ingin melayani
bencana tercipta karena manusia lupa hingga Yang Maha Murka

Hanya jiwa yang mengerti jiwanya
Hanya Jiwa yang sadar dapat mengerti jiwanya
Bahwa jiwa tidak selamanya didunia
Bahwa usia telah berkurang dalam dunianya

Jiwa tercipta untuk menjadi bahagia dan merdeka
Jiwa merdeka, hanya ikhlas yang ada
Saat Yang Maha berkata Inilah saatnya engkau kembali
Jiwa Pasrah dan rela hanya terucap kata
"LAILLAHA ILLAALLAAHU WALAQUWWATA ILLA BILLAH"
Amin.........................


Assalamualaikum ucap jiwa dalam hati
Jiwa Panjatkan doa sekedar berharap kepada ilahi
Mengetuk pintu sebagai tamu
Berharap diterima sebagai tamu yang diharapkan.

Oh, Pantaskah aku bertamu dengan ini?
Tanpa busana kebanggaan yang melekat pada diri
Akankah jiwa dihormati dan tidak dipandang setengah hati
Kukatakan padamu bahwa tuanku seorang pemurah hati.

Kemewahan tidak membuat jiwa mulia
Tanpa busana pun manusia bisa menjadi mulia
Bukankah jiwa datang tanpa harta?
Dan tahukah kamu harta apa yang paling mulia?

Sang Maha mewariskan Surga dan neraka
Bagi Hamba Yang bertaqwa dan durhaka
Puja dan Puji Bagi sang Maha
Engkau adalah Keadilan ilahi

Engkau cipta sang kaya dan kaum papa
Agar mereka bisa memberi dan menerima
Perbedaan yang berarti sama
Bahwa mereka sebenarnya tiada memiliki apa-apa

Benakku bertanya? Kenapa jiwa harus tercipta?
Kenapa jiwa tercipta kalau hanya untuk tiada?
Yang Maha berkata tidaklah kucipta semua ini dengan sia-sia
Apa maksud ini semua?
Semua jiwa pasti bertanya, siapakah aku yang sebenarnya?
Kenapa aku berada, dan kenapa aku harus tiada?


Tidakkah jiwa berpikir kenapa jiwa datang kedunia?
Pernahkah jiwa mendengar Yang Maha berkata
"KUCIPTAKAN JIN DAN MANUSIA HANYA UNTUK MENYEMBAH KEPADAKU"
Ku katakan kebenaran sejati, Ku katakan tujuan hidup sejati
Bahwa manusia hanya dicipta untuk menyembah kepada Sang Maha

MAKALAH SISTEM TINGKAT DAN SISTEM TANPA TINGKAT



BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam mempelajari Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.Pada Sistem Tingkat dapat di umpamakan pada Pendidikan di Sekolah-Sekolah yang memperlihat kan bahwa dalam hal ini di perlukan persaingan yang kuat untuk memperoleh tingkatan yang lebih tinggi sehingga dapat juga memotivasi Siswa/i dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan nya.
Pada sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
            Sistem tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi. . Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.

            Namun berbeda dengan Sistem Tanpa Tingkat ini,dalam hal ini tidak terlihat persaingan yang kuat dalam memperoleh ilmu pengetahuan karena sistem ini bersifat pribadi contohnya seperti les private.
            Tujuan makalah ini dibuat untuk mempermudahkan mahasiswa/i dalam mempelajari Mata Kuliah Manajeman Kesiswaaan dan dalam makalah ini juga di bahas tentang perbedaan antara Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat.




BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM TINGKAT DAN SISTEM TANPA TINGKAT
Sistem tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi . Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.
Pada sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.

1.      Beberapa Pertimbangan Kenaikan Tingkat
Semua peserta didik memang mempunyai hak yang sama untuk naik tingkat ke tingkat tertentu. Tetapi ada persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipertimbang-kan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi:
a.         Prestasi yang bersangkutan. Apakah prestasi yang dicapai pada tingkat sebelumnya, memungkinkan kepada yang bersangkutan untuk dapat belajar dengan baik pada tingkat atasnya. Jika peserta didik berada di atas rata-rata kelas, maka ia layak dinaikkan. Sebaliknya kalau berada di bawah rata-rata kelas, tidak dapat dinaikkan kecuali ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membolehkan.
b.         Waktu kenaikan tingkat. Meskipun mungkin peserta didik mempunyai kemampuan untuk dinaikkan, jika masa kenaikan tingkat belum datang, yang bersangkutan tidak mungkin dinaikkan sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi dari adanya sistem tingkat tersebut, dengan ciri utamanya mengadakan pengajaran yang bersifat klasikal.
c.         Persyaratan administratif sekolah seperti kecukupan hadir peserta didik dalam pelajaran yang dilaksanakan sekolah.Meskipun peserta didik mempunyai nilai yang bagus di atas rata-rata kelas, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik tingkat, tetapi jika banyak absensinya dan tidak memenuhi syarat berdasarkan kebijaksanaan sekolah, maka yang bersangkutan juga perlu dipertimbangkan kenaikannya.

2.      Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tingkat
Kelebihan-kelebihan sistem tingkat adalah sebagai berikut:
a.         Dapat dijadikan sebagai alat untuk merekayasa belajar peserta didik. Sebab, imbalan belajar yang berupa kenaikkan tingkat ini bisa memacu peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.
b.         Efisien, karena sistem tingkat menggunakan sistem pembelajaran klasikal.
c.         Rasa sosial peserta didik tetap tinggi, karena mereka sama-sama mendapatkan materi pembelajaran yang sama di tingkatnya.
d.        Pengadministrasiannya mudah, karena mereka berada dalam satu tingkat, mengambil program pendidikan yang sama.

Adapun kekurangan sistem tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik yang tidak naik tingkat akan menghadapi persoalan-persoalan akademik dan psikologis.
b.         Peserta didik yang pandai tidak sabar menunggu peserta didik lain yang ke-mampuannya lebih rendah. Sementara peserta didik yang kemampuannya sangat rendah merasa dipaksakan untuk mengikuti peserta didik yang kemampuannya lebih tinggi.
c.         Kurang adanya kompetisi di antara peserta didik, sehingga tidak begitu baik dalam rangka menimbulkan semangat kompetisi di antara peserta didik.
d.        Hanya menguntungkan perkembangan peserta didik yang menengah, karena merekalah yang menjadi ukuran pelaksanaan proses belajar mengajar.



3.      Sebab-Sebab Peserta Didik Tidak Naik Tingkat/Mengulang Kelas
Mengulang kelas adalah suatu keadaan dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi karena memiliki prestasi atau nilai dibawah standart rata-rata kelas yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Jadi siswa harus tetap tinggal pada tingkat atau kelas sebelumnya, mengulang seluruh mata pelajaran yang telah diterima, sehingga dapat memperbaiki pemahamannya tentang pelajaran yang kurang dimengerti, dan secara otomatis dapat memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik tersebut.
Mengulang kelas memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positifnya adalah: siswa diberi kesempatan untuk dapat lebih memahami pelajaran-pelajaran yang telah diberikan yang kurang dimengerti, membantu siswa untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar, membantu mempersiapkan siswa agar menjadi lebih baik dikemudian hari.
Sedangkan sisi negatifnya adalah: siswa yang tidak naik tingkat akan mengalami masalah psikologis, seperti: tidak percaya diri, rendah diri, putus asa, frustasi, shock, bahkan mengalami stress. Disini peran orang tua, guru, kepala sekolah, dan BP (Bimbingan dan Penyuluhan) sangat dibutuhkan untuk membantu siswa memperbaiki diri, memotivasi siswa untuk dapat lebih baik di kemudian hari.

4.      Remidi Bagi Peserta Didik yang Tidak Naik Tingkat
Peserta didik yang tidak naik tingkat, tidak saja perlu mendapatkan remidi atau penanganan secara akademik melainkan juga sekaligus penanganan secara psikologis. Sebab, bagaimanapun juga, peserta didik yang tidak naik tingkat lazimnya dihadapkan kepada masalah-masalah psikologis seperti: rendah diri, minder, kurang percaya diri, putus asa, frustasi, dan sebagainya. Efek-efek psikologis demikian, sedikit maupun banyak, akan berpengaruh negatif terhadap belajar peserta didik di masa depan.
Adapun remidi secara akademik yang dapat dibantukan secara khusus kepada peserta didik yang tidak naik tingkat ini adalah:
a.         Membantu kepada peserta didik yang bersangkutan untuk mengenali penyebab-penyebab tidak naik tingkat, dan selanjutnya membantu mencarikan jalan keluarnya.
b.         Membantu kepada peserta didik yang demikian ini untuk merencanakan kegiatannya, termasuk di dalamnya adalah kegiatan belajarnya.
c.         Memberikan latihan-latihan yang dapat membantu kepada yang bersangkutan memahami mata pelajaran yang ia rasakan sulit.
Sedangkan remidi secara psikologis yang dapat diberikan kepada peserta didik yang tidak naik tingkat adalah:
a.         Menyadarkan kepada yang bersangkutan bahwa sebenarnya ia naik tingkat, hanya saja waktunya yang tidak sama dengan peserta didik lainnya.
b.         Menyadarkan kepada yang bersangkutan bahwa jika dalam kondisi demikian ia dinaikkan, dikhawatirkan justru menyulitkan dirinya ketika sudah berada di tingkat berikutnya.
c.         Memberikan terapi psikologis jika terbukti bahwa yang bersangkutan mendapatkan gangguan-gangguan psikologis.

5.      Sistem Tanpa Tingkat
Sistem tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Ia muncul didasari oleh rasa ketidak puasan dengan adanya sistem tingkat. Sistem ini dikembangkan didasari oleh pandangan psikologis, bahwa meskipun peserta didik berada dalam kondisi sama, tetapi dalam realitasnya tidak ada yang persis sama. Selalu ada perbedaan di antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Oleh karena itu, sistem tanpa tingkat ini umumnya menggunakan pembelajaran yang lebih individual.
Pada sistem tanpa tingkat ini, sekelompok peserta didik yang memprogram mata pelajaran sama, dikelompokkan ke dalam satu tempat yang sama dan diajar oleh guru yang sama, meskipun mungkin peserta didik tersebut berasal dari angkatan tahun yang berbeda. Bahkan dalam kondisinya yang ekstrim, peserta didik dipersilakan mengambil paket program yang tersedia sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka masing-masing tanpa terpengaruh oleh teman-temannya. Dengan demikian, ada peserta didik yang dapat menyelesaikan program sangat cepat, lambat, dan bahkan ada yang sangat lambat.
Jika peserta didik telah dapat menyelesaikan program yang telah ditawarkan, maka yang bersangkutan dianggap lulus dari program tersebut. Sebaliknya jika yang bersangkutan belum dapat menyelesaikan program, maka belum dapat lulus. Keberhasilan penyelesaian program tidak dilihat secara menyeluruh, melainkan dilihat per mata pelajaran. Berarti, jika suatu mata pelajaran yang belum berhasil dikuasai, ia harus mengulang pada satu mata pelajaran itu, dan tidak mengulang banyak mata pelajaran sebagaimana dalam sistem tingkat.
6.Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tanpa Tingkat
Sebagaimana sistem tingkat, sistem tanpa tingkat ini juga punya kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama perkembangan-nya sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik lainnya.
b.         Peserta didik dapat mengambil paket program sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal demikian sangat sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik.
c.         Peserta didik yang pandai akan lebih cepat menyelesaikan program sehingga lebih cepat pula melanjutkan studi. Sebaliknya peserta didik yang tergolong lambat, tidak merasa dipaksa-paksa mengikuti peserta didik yang cepat.
d.        Melatih kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik sudah dilatih menentukan keputusan sendiri di dalam mengambil paket-paket program.
Adapun kekurangan-kekurangan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik sejak dini banyak memacu prestasi secara individual. Hal demikian menjadikan penyebab rasa sosialnya kurang. Sistem demikian secara umum berbenturan dengan sosio-budaya negara berkembang yang masyarakatnya banyak menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.
b.         Oleh karena peserta didik diharuskan mengambil keputusan secara mandiri mengenai paket program yang akan diambil, maka ia perlu tenaga staf tambahan yang berupa penasihat akademik. Penasihat akademik inilah yang harus mendam-pingi dan turut membantu peserta didik agar yang bersangkutan dapat mengambil program–program pendidikan secara benar. Sebab dalam realitasnya, ada mata pelajaran-mata pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum mengambil mata pelajaran lainnya atau berikutnya.
c.         Sangat sulit pengadministrasiannya, karena segalanya bergantung peserta didik yang mengambil paket program. Bisa terjadi, suatu paket program yang ditawarkan tidak ada peserta didik yang memprogram, dan bisa jadi sebaliknya terlalu banyak. Ini juga bisa menyulitkan dalam pengaturan prasarana, sarana, waktu dan tenaga.




BAB III
KESIMPULAN
 Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .Pada setiap sekolah terdapat beberapa tingkatan ,seperti SD terdapat enam tingkatan ,SMP tiga tingkatan ,dan SMA tiga tingkatan. Sistem tingkat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan bisa mengetahui pelajaran berikutnya yang diberikan oleh pihak sekolah.
Sistem tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Pada sistem tanpa tingkat ini siswa/i tidak melakukan tingkatan seperti yang terdapat pada sekolah-sekolah .Siswa/i tersebut hanya mencari pelajaran yang lebih karena tidak merasa puas dengan pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah ,dan juga lebih bersifat individual.
         



DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press,2005
Sukardi.M,Evaluasi Pendidikan Prinsip& Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1989
Rosnita, Evaluasi Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, 2007




BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam mempelajari Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.Pada Sistem Tingkat dapat di umpamakan pada Pendidikan di Sekolah-Sekolah yang memperlihat kan bahwa dalam hal ini di perlukan persaingan yang kuat untuk memperoleh tingkatan yang lebih tinggi sehingga dapat juga memotivasi Siswa/i dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan nya.
Pada sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.
            Sistem tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi. . Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.

            Namun berbeda dengan Sistem Tanpa Tingkat ini,dalam hal ini tidak terlihat persaingan yang kuat dalam memperoleh ilmu pengetahuan karena sistem ini bersifat pribadi contohnya seperti les private.
            Tujuan makalah ini dibuat untuk mempermudahkan mahasiswa/i dalam mempelajari Mata Kuliah Manajeman Kesiswaaan dan dalam makalah ini juga di bahas tentang perbedaan antara Sistem Tingkat dan Sistem Tanpa Tingkat.




BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM TINGKAT DAN SISTEM TANPA TINGKAT
Sistem tingkat lebih mengarah pada pengajaran klasikal. Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi . Kriteria mengacu kepada prestasi akademik dan prestasi lainnya, sedangkan waktu mengacu kepada lama peserta didik berada di tingkat tersebut. Misalnya saja, jika peserta didik yang berada di kelas satu sudah memenuhi persyaratan baik dari segi waktu maupun kemampuan untuk naik ke tingkat berikutnya, maka ia dinaikkan.
Pada sekolah-sekolah kita, tingkatan ini ada enam di sekolah dasar, tiga di sekolah menengah pertama dan tiga di sekolah menengah atas. Peserta didik dapat naik tingkat hanya satu tingkat dan tidak boleh lebih, oleh karena adanya periodesasi waktu kenaikan tingkat dan persyaratan menempuh material pendidikan yang ditunjukkan antara lain oleh prestasi akademiknya.

1.      Beberapa Pertimbangan Kenaikan Tingkat
Semua peserta didik memang mempunyai hak yang sama untuk naik tingkat ke tingkat tertentu. Tetapi ada persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipertimbang-kan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut meliputi:
a.         Prestasi yang bersangkutan. Apakah prestasi yang dicapai pada tingkat sebelumnya, memungkinkan kepada yang bersangkutan untuk dapat belajar dengan baik pada tingkat atasnya. Jika peserta didik berada di atas rata-rata kelas, maka ia layak dinaikkan. Sebaliknya kalau berada di bawah rata-rata kelas, tidak dapat dinaikkan kecuali ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang membolehkan.
b.         Waktu kenaikan tingkat. Meskipun mungkin peserta didik mempunyai kemampuan untuk dinaikkan, jika masa kenaikan tingkat belum datang, yang bersangkutan tidak mungkin dinaikkan sendiri. Hal ini sebagai konsekuensi dari adanya sistem tingkat tersebut, dengan ciri utamanya mengadakan pengajaran yang bersifat klasikal.
c.         Persyaratan administratif sekolah seperti kecukupan hadir peserta didik dalam pelajaran yang dilaksanakan sekolah.Meskipun peserta didik mempunyai nilai yang bagus di atas rata-rata kelas, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik tingkat, tetapi jika banyak absensinya dan tidak memenuhi syarat berdasarkan kebijaksanaan sekolah, maka yang bersangkutan juga perlu dipertimbangkan kenaikannya.

2.      Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tingkat
Kelebihan-kelebihan sistem tingkat adalah sebagai berikut:
a.         Dapat dijadikan sebagai alat untuk merekayasa belajar peserta didik. Sebab, imbalan belajar yang berupa kenaikkan tingkat ini bisa memacu peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.
b.         Efisien, karena sistem tingkat menggunakan sistem pembelajaran klasikal.
c.         Rasa sosial peserta didik tetap tinggi, karena mereka sama-sama mendapatkan materi pembelajaran yang sama di tingkatnya.
d.        Pengadministrasiannya mudah, karena mereka berada dalam satu tingkat, mengambil program pendidikan yang sama.

Adapun kekurangan sistem tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik yang tidak naik tingkat akan menghadapi persoalan-persoalan akademik dan psikologis.
b.         Peserta didik yang pandai tidak sabar menunggu peserta didik lain yang ke-mampuannya lebih rendah. Sementara peserta didik yang kemampuannya sangat rendah merasa dipaksakan untuk mengikuti peserta didik yang kemampuannya lebih tinggi.
c.         Kurang adanya kompetisi di antara peserta didik, sehingga tidak begitu baik dalam rangka menimbulkan semangat kompetisi di antara peserta didik.
d.        Hanya menguntungkan perkembangan peserta didik yang menengah, karena merekalah yang menjadi ukuran pelaksanaan proses belajar mengajar.



3.      Sebab-Sebab Peserta Didik Tidak Naik Tingkat/Mengulang Kelas
Mengulang kelas adalah suatu keadaan dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi karena memiliki prestasi atau nilai dibawah standart rata-rata kelas yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Jadi siswa harus tetap tinggal pada tingkat atau kelas sebelumnya, mengulang seluruh mata pelajaran yang telah diterima, sehingga dapat memperbaiki pemahamannya tentang pelajaran yang kurang dimengerti, dan secara otomatis dapat memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik tersebut.
Mengulang kelas memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positifnya adalah: siswa diberi kesempatan untuk dapat lebih memahami pelajaran-pelajaran yang telah diberikan yang kurang dimengerti, membantu siswa untuk dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar, membantu mempersiapkan siswa agar menjadi lebih baik dikemudian hari.
Sedangkan sisi negatifnya adalah: siswa yang tidak naik tingkat akan mengalami masalah psikologis, seperti: tidak percaya diri, rendah diri, putus asa, frustasi, shock, bahkan mengalami stress. Disini peran orang tua, guru, kepala sekolah, dan BP (Bimbingan dan Penyuluhan) sangat dibutuhkan untuk membantu siswa memperbaiki diri, memotivasi siswa untuk dapat lebih baik di kemudian hari.

4.      Remidi Bagi Peserta Didik yang Tidak Naik Tingkat
Peserta didik yang tidak naik tingkat, tidak saja perlu mendapatkan remidi atau penanganan secara akademik melainkan juga sekaligus penanganan secara psikologis. Sebab, bagaimanapun juga, peserta didik yang tidak naik tingkat lazimnya dihadapkan kepada masalah-masalah psikologis seperti: rendah diri, minder, kurang percaya diri, putus asa, frustasi, dan sebagainya. Efek-efek psikologis demikian, sedikit maupun banyak, akan berpengaruh negatif terhadap belajar peserta didik di masa depan.
Adapun remidi secara akademik yang dapat dibantukan secara khusus kepada peserta didik yang tidak naik tingkat ini adalah:
a.         Membantu kepada peserta didik yang bersangkutan untuk mengenali penyebab-penyebab tidak naik tingkat, dan selanjutnya membantu mencarikan jalan keluarnya.
b.         Membantu kepada peserta didik yang demikian ini untuk merencanakan kegiatannya, termasuk di dalamnya adalah kegiatan belajarnya.
c.         Memberikan latihan-latihan yang dapat membantu kepada yang bersangkutan memahami mata pelajaran yang ia rasakan sulit.
Sedangkan remidi secara psikologis yang dapat diberikan kepada peserta didik yang tidak naik tingkat adalah:
a.         Menyadarkan kepada yang bersangkutan bahwa sebenarnya ia naik tingkat, hanya saja waktunya yang tidak sama dengan peserta didik lainnya.
b.         Menyadarkan kepada yang bersangkutan bahwa jika dalam kondisi demikian ia dinaikkan, dikhawatirkan justru menyulitkan dirinya ketika sudah berada di tingkat berikutnya.
c.         Memberikan terapi psikologis jika terbukti bahwa yang bersangkutan mendapatkan gangguan-gangguan psikologis.

5.      Sistem Tanpa Tingkat
Sistem tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Ia muncul didasari oleh rasa ketidak puasan dengan adanya sistem tingkat. Sistem ini dikembangkan didasari oleh pandangan psikologis, bahwa meskipun peserta didik berada dalam kondisi sama, tetapi dalam realitasnya tidak ada yang persis sama. Selalu ada perbedaan di antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Oleh karena itu, sistem tanpa tingkat ini umumnya menggunakan pembelajaran yang lebih individual.
Pada sistem tanpa tingkat ini, sekelompok peserta didik yang memprogram mata pelajaran sama, dikelompokkan ke dalam satu tempat yang sama dan diajar oleh guru yang sama, meskipun mungkin peserta didik tersebut berasal dari angkatan tahun yang berbeda. Bahkan dalam kondisinya yang ekstrim, peserta didik dipersilakan mengambil paket program yang tersedia sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka masing-masing tanpa terpengaruh oleh teman-temannya. Dengan demikian, ada peserta didik yang dapat menyelesaikan program sangat cepat, lambat, dan bahkan ada yang sangat lambat.
Jika peserta didik telah dapat menyelesaikan program yang telah ditawarkan, maka yang bersangkutan dianggap lulus dari program tersebut. Sebaliknya jika yang bersangkutan belum dapat menyelesaikan program, maka belum dapat lulus. Keberhasilan penyelesaian program tidak dilihat secara menyeluruh, melainkan dilihat per mata pelajaran. Berarti, jika suatu mata pelajaran yang belum berhasil dikuasai, ia harus mengulang pada satu mata pelajaran itu, dan tidak mengulang banyak mata pelajaran sebagaimana dalam sistem tingkat.
6.Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tanpa Tingkat
Sebagaimana sistem tingkat, sistem tanpa tingkat ini juga punya kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik dapat berkembang seoptimal mungkin menurut irama perkembangan-nya sendiri, tanpa terhambat oleh peserta didik lainnya.
b.         Peserta didik dapat mengambil paket program sesuai dengan minat dan kesempatan. Hal demikian sangat sesuai dengan kebutuhan psikologis peserta didik.
c.         Peserta didik yang pandai akan lebih cepat menyelesaikan program sehingga lebih cepat pula melanjutkan studi. Sebaliknya peserta didik yang tergolong lambat, tidak merasa dipaksa-paksa mengikuti peserta didik yang cepat.
d.        Melatih kemandirian peserta didik, karena sejak dini peserta didik sudah dilatih menentukan keputusan sendiri di dalam mengambil paket-paket program.
Adapun kekurangan-kekurangan sistem tanpa tingkat ini adalah sebagai berikut:
a.         Peserta didik sejak dini banyak memacu prestasi secara individual. Hal demikian menjadikan penyebab rasa sosialnya kurang. Sistem demikian secara umum berbenturan dengan sosio-budaya negara berkembang yang masyarakatnya banyak menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.
b.         Oleh karena peserta didik diharuskan mengambil keputusan secara mandiri mengenai paket program yang akan diambil, maka ia perlu tenaga staf tambahan yang berupa penasihat akademik. Penasihat akademik inilah yang harus mendam-pingi dan turut membantu peserta didik agar yang bersangkutan dapat mengambil program–program pendidikan secara benar. Sebab dalam realitasnya, ada mata pelajaran-mata pelajaran prasyarat yang harus dikuasai dahulu sebelum mengambil mata pelajaran lainnya atau berikutnya.
c.         Sangat sulit pengadministrasiannya, karena segalanya bergantung peserta didik yang mengambil paket program. Bisa terjadi, suatu paket program yang ditawarkan tidak ada peserta didik yang memprogram, dan bisa jadi sebaliknya terlalu banyak. Ini juga bisa menyulitkan dalam pengaturan prasarana, sarana, waktu dan tenaga.




BAB III
KESIMPULAN
 Sistem tingkat adalah suatu bentuk penghargaan kepada peserta didik setelah memenuhi kriteria dan waktu tertentu dalam bentuk kenaikan satu tingkat ke jenjang yang lebih tinggi .Pada setiap sekolah terdapat beberapa tingkatan ,seperti SD terdapat enam tingkatan ,SMP tiga tingkatan ,dan SMA tiga tingkatan. Sistem tingkat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan bisa mengetahui pelajaran berikutnya yang diberikan oleh pihak sekolah.
Sistem tanpa tingkat adalah kebalikan dari sistem tingkat. Pada sistem tanpa tingkat ini siswa/i tidak melakukan tingkatan seperti yang terdapat pada sekolah-sekolah .Siswa/i tersebut hanya mencari pelajaran yang lebih karena tidak merasa puas dengan pelajaran yang diberikan oleh pihak sekolah ,dan juga lebih bersifat individual.
         



DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press,2005
Sukardi.M,Evaluasi Pendidikan Prinsip& Operasionalnya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1989
Rosnita, Evaluasi Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, 2007